Siapa yang sangka ekonomi hijau yang digembor-gemborkan saat ini ternyata sudah ada pada zaman Rasulullah dulu.
Benarkah hal itu?Mari simak dalil-dalil yang di rangkum oleh M.R.Rizaldy ini :
Allah Tidak Menyukai Kerusakan
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan
yang benar)” (QS. 30:41).
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah
(Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak
akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah
Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik” (QS. 7: 56).
“Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan
janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan” (QS.
26:183).
Dalam Islam, Menanam Pohon adalah Ibadah
Diriwayatkan oleh Anas bahwa Nabi pernah bersabda: ”Seorang muslim yang menanam atau menabur benih, lalu ada sebagian yang dimakan oleh burung atau manusia, ataupun oleh binatang, niscaya semua itu akan menjadi sedekah baginya“. (HR. Imam Muslim 5/28 dan Imam Ahmad 3/147).
Islam Menyuruh Ummatnya Memastikan Keberlangsungan Ekosistem
”Jika engkau mendengar bahwa Dajjal telah keluar, padahal engkau
masih menanam bibit kurma, maka janganlah engaku tergesa-gesa
memperbaikinya, karena masih ada kehidupan manusia setelah itu“ (Diriwayatkan oleh Abu Dawud Al-Anshari).
Tidak Boros dan Hemat Energi
“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan” (QS. 17:26-27).
“Janganlah kalian meninggalkan api di dalam rumah kalian ketika akan tidur” (HR. Muslim).
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang sangat hemat ketika menggunakan air saat berwudhu” (HR. Ahmad)
Opmalisasi, Bukan Maksimalisasi dalam Pemanfaatkan Sumber Daya Alam
Diriwayatkan oleh Jabir ia berkata: “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalaam melarang kami menjual buah-buahan sebelum matang (enak dimakan)”. (Shahih Muslim No.2831)
Lahan Hijau Harus Produktif, Lahan Produktif Harus Hijau
“Amer bin Al-Ash pernah masuk ke dalam suatu kebun miliknya di
Tho’if yang dinamai dengan Al-Wahthu. Di dalamnya terdapat satu juta
batang kayu. Beliau telah membeli setiap kayu dengan harga satu dirham”.
(HR. Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyqo 46/182)
LINK : http://ekonomisyariah.blog.gunadarma.ac.id/2012/12/31/sharia-economic-as-the-true-green-economy/
Dari : M.R.Rizaldy
Selasa, 01 Januari 2013
Apa Itu Ekonomi HIjau ?
Tpoik ekonomi hijau kini kian sering diperbincangkan diseminar-seminar,konfrensi maupun perusahaan.
Namun apakah itu ekonomi hijau?
Ekonomi Hijau
adalah sebuah rezim ekonomi yang meningkatkan kesejahteraan manusia dan
kesetaraan sosial, sekaligus mengurangi risiko lingkungan secara
signifikan. Ekonomi Hijau juga berarti perekonomian yang rendah atau
tidak menghasilkan emisi karbon dioksida dan polusi lingkungan, hemat
sumber daya alam dan berkeadilan sosial.Sedangkan ekonomi hijau ekologis merupakan sebuah model pembangunan ekonomi yang berlandaskan pembangunan berkelanjutan dan pengetahuan ekonomi ekologis.
Ekonomi hijau hanya
bisa dipraktikkan atas dasar sejumlah kesadaran. Pertama ialah kesadaran
bahwa kerusakan lingkungan sudah semakin parah dan membutuhkan
rehabilitasi sekarang juga. Berdasarkan hitung-hitungan Ekonom Inggris
Sir Nicholas Stern, jika dunia memperbaiki kerusakan lingkungan
sekarang, uang yang dibutuhkan hanya 1% dari produk domestik bruto
global. Namun, jika ditunda, dunia harus membayar 20% dari PDB global.
Kedua ialah kesadaran bahwa kepedulian terhadap lingkungan bisa
meningkatkan kesejahteraan ekonomi. Dalam laporannya baru-baru ini, PBB
menunjukkan betapa pengurangan emisi bisa memacu pertumbuhan ekonomi.
Lantas apakah yang harus dilakukan agar ekonomi hijau ini terwujud?apakah ekonomi hijau benra benar konsep baru dalam membangun ekonomi?
Ternyata ekonomi hijau sudah ada pada jaman dahulu,ekonomi hijau yang sebenarnya adalah ekonomi syariah.
Kenapa bisa saya berkata demikian?
Simak pembahasannya di artikel berikutnya.
Redominasi Rupiah?
Redenominasi Rupiah adalah menyederhanakan denominasi
(pecahan) mata uang menjadi pecahan lebih sedikit dengan cara mengurangi
digit (angka nol) tanpa mengurangi nilai mata uang tersebut. Misal Rp
1.000 menjadi Rp 1.
Hal yang sama secara bersamaan dilakukan juga pada harga-harga barang, sehingga daya beli masyarakat tidak berubah.
Kabarnya indonesia ingin meredominasi mata uang rupiah?
Bagaimana menurut Menteri Keuangan Agus DW Martowardojo?
"Masih dalam harmonisasi. Rancangan undang-undang rencananya akan diselesaikan kemudian perlu ada diskusi publik agar redenominasi mata uang dipahami sebagai penyederhanaan, bukan pemotongan uang. Ini perlu sosialsasi, bikin seminar, bicarakan secara terbuka sehingga nanti ketika rancangan undang-undang diajukan ke DPR tidak terjadi salah paham." di Jakarta, Selasa (30/10/2012).
"Kita harus ingat, Indonesia luas dan mata uang rupiah digunakan di seluruh Indonesia yang besar. Jadi butuh waktu untuk sosialisasi," kata Agus, tanpa merinci kapan rancangan undang-undangnya diajukan kepada DPR.
Ya,redominasi memerlukan proses berkepanjangan dan memerlukan kesabaran dalam meredominasi mata uang rupiah ini,bisa jadi redominasi adalah transformasi Indonesia yang sedang menuju negara maju.
So,bersabarlah.
link : http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/10/30/12275992/Redenominasi.Mata.Uang.Disiapkan
http://www.redenominasirupiah.com/
Hal yang sama secara bersamaan dilakukan juga pada harga-harga barang, sehingga daya beli masyarakat tidak berubah.
Kabarnya indonesia ingin meredominasi mata uang rupiah?
Bagaimana menurut Menteri Keuangan Agus DW Martowardojo?
"Masih dalam harmonisasi. Rancangan undang-undang rencananya akan diselesaikan kemudian perlu ada diskusi publik agar redenominasi mata uang dipahami sebagai penyederhanaan, bukan pemotongan uang. Ini perlu sosialsasi, bikin seminar, bicarakan secara terbuka sehingga nanti ketika rancangan undang-undang diajukan ke DPR tidak terjadi salah paham." di Jakarta, Selasa (30/10/2012).
"Kita harus ingat, Indonesia luas dan mata uang rupiah digunakan di seluruh Indonesia yang besar. Jadi butuh waktu untuk sosialisasi," kata Agus, tanpa merinci kapan rancangan undang-undangnya diajukan kepada DPR.
Ya,redominasi memerlukan proses berkepanjangan dan memerlukan kesabaran dalam meredominasi mata uang rupiah ini,bisa jadi redominasi adalah transformasi Indonesia yang sedang menuju negara maju.
So,bersabarlah.
link : http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/10/30/12275992/Redenominasi.Mata.Uang.Disiapkan
http://www.redenominasirupiah.com/
Tugas 4 : contoh kalimat efektif dan tidak efektif
Kerap kali kita membaca sesuatu kita mengharapkan kata-kata yang efektif namun tidak membuat mata lelah membaca.Kalimat yang tidak efektif dapat membuat pembaca lelah karena kata-katanya terlalu berbelit dan rumit untuk dipahami,lantas bagaimana caranya kita membuat kalimat efektif agar enak untuk dibaca dan tujuan dari sebuah tulisan dapat sampai lebih baik ke pembaca.
Baik,disimak ya kalimat efektif dan tidak efektif ini.
Paragraf : kalimat tidak efektif
Ekonomi Syariah bukanlah ekonomi alternative pertama atau
kedua untuk mengatisipasi kegagalan ekonomi yang sedang dianut negara ini.Namun
ekonomi syariah adalah ekonomi yang dipercaya bisa menjadi sebuah solusi untuk
perekonomian yang ada di Dunia pada saat ini.Ekonomi syariah masih terlihat
mencoba untuk tumbuh dan berkembang di negara Indonesia ini,meski saingannya
ekonomi kapitalis masih melanglangbuana disamudera Indonesia,ekonomi syariah
tetap percaya diri.Lantas yang menjadi pertanyan,apakah bisa ekonomi syariah
menggeser singgahsana ekonomi kapitalis ini?
Paragraf : kalimat efektif
Ekonomi syariah adalah solusi atas kegagalan ekonomi
dunia.Ekonomi syariah sedang tumbuh pesat di Indonesia dan bersaing dengan
ekonomi kapitalis.Mampukah ekonomi syariah mengalahkan ekonomi kapitalis?
Sudah bisa dibandingkan?
lebih nikmat mana membacanya?
Pasti kalimat yang efektif bukan?
Mulai sekarang marilah mengefektifkan kalimat-kalimat yang kita buat.
Semoga bermanfaat.
Langganan:
Postingan (Atom)